Pandangan Pertama

Sumber gambar: publicdomaininvectors.org
"Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas" ~Mohammad Hatta
Apa yang diungkapkan salah satu proklamator tersebut, bukan sesuatu yang sembarangan. Bagi Hatta, buku sudah menjadi darah dagingnya, bahkan saat dirinya diasingkan pun, buku adalah makanannya.

Mengenai buku, saya mungkin salah satu orang yang tidak bersahabat dengan buku. Apakah kalian sering merasa malas membaca buku ? Sama, saya pun mengalami hal demikian. Sejak kecil,dalam keluarga bukan hanya saya sendiri tapi hampir seluruhnya tidak bersahabat dengan buku, selain buku tulis untuk sekolah, LKS dan beberapa buku paket sekolah, persis tidak ada buku-buku bacaan lain di dalam rumah itu.

Saya dibesarkan di daerah Padalarang, bahkan sampai saat ini pun saya masih mengeram disitu. Persis lingkungan keseharian saya tidak  akan pernah jauh dari daerah itu, Padalarang. Adapun ketika keluar dari daerah itu, hanya liburan yang dilakukan selepas idul fitri bersama keluarga lainnya.

Hubungan saya dengan buku pun hampir dipastikan bukan hubungan yang baik-baik saja. Bagaimana mau baik ? Mengenalnya saja tidak. Di tempat saya tinggal, persis tidak ada toko buku yang menjual berbagai macam buku-buku bacaan umum diluar buku tulis. Walaupun ada, belum tentu saat itu saya mau mengunjunginya dan membeli buku. Boro-boro membeli buku, untuk kebutuhan sehari-hari pun keluarga kami harus memutar otak. 

Persis selama masa anak-anak hingga remaja, SD - SMP, saya habiskan di tanah kelahiran, Padalarang. Beranjak SMA, saya mencoba untuk mengenyam pendidikan di “kota”. SMAN 1 Cimahi adalah sekolah saya ketika SMA. Sejak saat itulah saya mulai hilir mudik menggunakan sepeda motor.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan menggunakan sepeda motor tidak hanya sebatas rumah dan sekolah. Akan tetapi, merambah menjadi berbagai kegiatan yang “katanya” kegiatan anak muda.

Menggunakan sepeda motor berkubikasi 110 cc keluaran salah satu pabrikan Jepang menjadi rutinitas sehari-hari. Hingga akhir 2014, saat sedang menjelajahi jalan Kota Bandung, ada sebuah tempat yang didepannya terdapat spanduk yang menarik perhatian saya.

SETIAP HARI DISKON.

Itulah inti dari isi spanduk tersebut, yang merupakan pandangan pertama saya akan buku, entah ada dorongan dari mana, sepeda motor pun melenggang memasuki pelataran parkir tempat tersebut. Rumah Buku, di Jalan Supratman No. 96 adalah tempat yang menarik saya untuk menyinggahinya. Awalnya tidak ada niatan untuk membeli buku, namun setelah mondar-mandir di dalamnya, melihat buku satu dan yang lain, maka timbul rasa malu jika keluar tanpa membeli buku, apalagi jika hendak keluar pasti melewati kasir. Jadilah, dari rasa malu tersebut saya mencoba membeli sebuah buku yaitu sebuah novel yang ditulis Tere Liye berjudul Rindu.

Sejak kejadian itu, entah kenapa rasa ketertarikan saya akan buku mulai tumbuh. Awalnya hanya berminat membaca novel-novel, namun serining berjalannya waktu berbagai jenis buku pun mulai saya baca.

Manusia memang mahkluk yang paling “beradab” dimuka bumi. Namun, dibalik itu, ada sosok yang membuat manusia itu “beradab”. Begitu mudahnya Tuhan membolak-balikan hati manusia. Seorang yang tadinya tidak bersahabat dengan buku, seketika memiliki ketertarikan akan buku. Pun begitu dengan hal-hal yang terjadi disekitar, terkadang manusia tidak pernah memprediksikannya namun terjadi begitu saja.

Perkenalan saya dengan buku pun mulai tumbuh. Walaupun selama prosesnya terjadi fluktuasi, naik turunnya minat membaca, namun perlahan tapi pasti buku menjadi salah satu hal yang cukup saya cari.

Setiap orang mungkin memiliki pengalamannya tersendiri dengan buku maupun kegiatan membaca. Ada yang sedari kecil memang bersahabat dengan buku, ada yang karena dipaksa, ada juga yang karena mendapat hidayah-Nya, ataupun pengalaman lainnya yang pernah dialami.

Perlahan tapi pasti, dengan buku seseorang akan semakin berkembang, baik fisik, psikis, maupun intelektualnya. Orang-orang hebat lahir karena tidak pernah lepas dari buku dan membaca. Bukan kah, Nabi Muhammas SAW, ketika pertama kali diberi Wahyu oleh Allah SWT diperintahkan untuk membaca. Begitu pentingnya membaca, hingga tiga kali diperintahkan melalui malaikat Jibril. Bacalah, bacalah, dan bacalah. Baru di perintah ketiga ia bertanya “Apa yang saya harus saya baca ?”

Kita, sebagai manusia biasa yang tidak diberi keistimewaan seperti Nabi dan Rasul akan kah hanya berdiam diri, dan tidak mau mengembangkan diri. Sungguh naif saya kira jika hal tersebut ada dalam diri manusia.

Jadi, masih kah kita akan terus bermalas-malasan membaca ?

Mari kita bersama berlomba-lomba dalam kebaikan, salah satunya dengan membaca, karena dengan membaca membuka cakrawala dunia.

Itulah “Pandangan Pertama” saya, yang mengarahkan saya untuk lebih dekat dengan buku dan lebih sering untuk membaca.

Selamat membaca bagi para pembaca.
Selamat menjelajahi dunia, jangan hanya di dunia maya, tapi realisasikan di dunia nyata.

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali