Di Bawah Api Membara
DI waktu tertentu, malaikat dan setan melayang-layang di atas sana. Termasuk saat si jago merah melahap habis kayu dan bilik bambu yang disusun rapi membentuk rumah. Malaikat melayang, hanya menonton, tidak ikut memadamkan api. Malaikat justru bersekongkol dengan warga yang berkerumun di bawah. Juga dengan setan yang setia mendampingi Tuan, Puan beserta satu anak yang berbaring di dipan. Seorang Tuan, Puan dan seorang anaknya tinggal di rumah itu bertahun-tahun. Sejak orang-orang yang berkerumun itu belum datang dan sepakat membentuk kampung. Sejak sawah masih terhampar dan hutan masih rimbun. Umurnya mungkin lima puluhan dan si anak mungkin baru dua puluh awal. Tapi fisiknya masih seperti anak kecil, orang-orang menyebutnya laki-laki cebol. Dengan tangan kiri yang lebih panjang dibanding kanan. Kaki yang membentuk huruf “O”. Wajahnya tidak memiliki struktur dasar. Ditambah suaranya yang hemat nyaris tak terdengar. Sejak kecil Arman meringkuk di rumah. Tidak pernah berjalan barang sela