We Love Stress - Pauline Leander

Sumber gambar: Dok. Pribadi
Gerbangdunia.zone.id - Hidup di perkantoran identik dengan profesionalisme, tindakan kerja, dan stagnasi kegiatan, singkatnya bosen. Namun, dibalik itu semua, arena kerja menjadi sebuah panggung drama bagi para pekerjanya, termasuk wanita karir didalamnya.

Ya, kantor bukan saja menjadi arena penuh kebosanan, dibawah tekanan dan targetan, kantor menjadi tempat penguras emosi jiwa. Tetapi disana banyak kejadian-kejadian yang diluar dugaan.

Buku We Love Stress memberikan kita perspektif yang berbeda dalam melihat dunia karja, khususnya diperkantoran. Terutama perspektif terhadap wanita yang berkarir disana.  Olla, sapaan akrab Pauline Leander mengemas kisah-kisahnya dengan gesit, dewasa, ringan dan penuh kelakar. Gelak tawa dan haru hadir silih berganti.

Sekalipun kami mengalami banyak momen bersenang-senang bersama, sebenarnya tingkat stress yang kami alami do kantor luar biasa tinggi. Kalau diumpamakan jarum, pasti ujungnya sudah bengkok atau malah patah karena menanggung beban sangat berat. (Hal. 48)

Mencintai pekerjaan bukan hanya soal profesi asik dan penghasilan yang menarik. Lebih jauh Olla memberikan kesadaran bagi kita (khususnya para pekerja kantor) bahwa mencintai pekerjaan harus lebih jauh hingga kedalam setiap kegiatannya. Letih dalam bekerja, emosi karena atasan, targetan belum tercapai, dan hal-hal lain yang menjadi keseharian di kantor harus di syukuri. Karena secara tidak langsung, hal-hal tersebut yang membuat kita semakin hari semakin jadi.

Aku merasa suasana kantor menyenangkan. Kehadiran teman-teman yang bersedia mendukung, tidak terpikirkan untuk saling silang dalam upaya menjatuhkan, dan selalu terbuka untuk bekerja sama menjadi anugerah keseharian yang tak henti kusyukuri. (Hal. 142)



Informasi Buku
Judul: We Love Stress
Penulis: Pauline Leander
Penerbit: Gramedia Pustaja utama
Tahun: Cetakan 1, 2013
Tebal: xvi + 144 halaman
ISBN: 978-979-22-9203-9
Buku beli di: bukabuku

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali