Jokowi, Sangkuni, Machiavelli - Seno Gumira Ajidarma

Dokumentasi Pribadi

Gerbangdunia.zone.id - Politik saat ini bukan konsumsi elite-elite politik semata. Di mana pun orang bisa ‘bacot’ tentang politik, mulai di jajanan kaki lima hingga ke hotel bintang lima. Sejak matahari terbit di ufuk timur hingga bulan purnama di malam hari, politik tak lepas dari perbincangan orang-orang.

Seolah tak pernah kekurangan bahan, mulai dari obrolan santai di warung kopi hingga debat kusir di sosial media. Pun begitu yang dilakukan oleh Seno Gumira Ajidarma, seorang kritikus film yang kebetulan nyambi menjadi Rektor Institut Kesenian Jakarta.

Seperti halnya kritik film yang dapat dipandang dari sudut mana pun, maka ia menganggap politik pun bisa di pandang oleh seseorang yang berada di luar ranah disiplin ilmu politik. Melalui Jokowi, Sangkuni, Machiavelli ia mencoba untuk menyentil para stakaholder politik melalui esai-esai yang ditulisnya.

Esai-esai Seno Gumira Ajidarma menyadarkan kita tentang mata rantai kebudayaan yang terkubur dalam mitologi dan filsafat untuk menyokong realitas kontemporer yang berantakan. Dia menjawab diskontinuitas sejarah peradaban dalam ungkapan yang blak-nlakan, jleb, dan tak jarang menggelambir satir. Menelusuri relasi anekdot dan anggota dewan, punakawan dan koruptor, atau Soeharto dan Paimo, sungguh menggetarkan langit-langit berpikir kita hari ini. ~ Saifur Rohman, Pengajar Filsafat di Program Doktor Universitas negeri Jakarta

Tidak lepas dari latar belakang kompetensinya, ia membawa perbincangan politik dengan diselimuti kebudayaan Indonesia hingga terbang menjelajahi mitologi Yunani. Baginya, politik tidak bisa hanya dibicarakan oleh segelintir elite politik, masyarakat pun harus melek politik. Ia memandang segala sesuatu yang berlangsung dalam dunia politik akan menentukan bagi kehidupan setiap orang.

Jokowi, Sangkuni, Machiavelli menyindir, mangajuk, dan mengajak kita untuk mengingat bahwa masih banyak hal yang lebih penting daripada sekedar mempertentangkan perbedaan dan saling dukung idola politik. Gagasannya masih relevan terhadap kondisi politik yang terjdi saat ini dan yang akan datang.

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali