Menak Senayan - Karim Suryadi

Sumber Gambar: Dok. Pribadi
Identitas buku
Judul: Menak Senayan
Penulis: Karim Suryadi
Penerbit: Pustaka Jaya
Cetakan: Pertama. Maret 2017
Tebal: 192 halaman
ISBN: 978-979-419-463-8

Sinopsis buku
Kemampuan mengambil hikmah dan kebijaksanaan dari peristiwa yang dialami adalah wujud kesadaran kemanusiaan yang penting. Berkat kesadarannya untuk belajar dari pengalaman, seseorang bukan saja dapat terhindar dari jebakan lubang yang sama, tetapi juga bisa menilai seberapa jauh kemajuan telah tercapai.

Mengambil pelajaran dari peristiwa politik bukan hal mustahil, bila kesadaran ntuk belajar dari pengalaman telah dimiliki. Di samping nsur-unsurnya yang dinamis, politik memiliki pola-pola yang berulang. Selain muncul sebagai ritual, pola-pola dimaksud adalah refleksi kesadaran politisi sebagai manusia, yang cenderung menglang tindakan yang diganjar penghargaan dan menghindari perbuatan yang berbuah cemoohan.

Buku ini leih sekedar mendokumentasikan wacana yang berkembang menjelang pemilu 2014. Dengan pendkatan komunikasi politik, tulisan-tulisan di dalam buku ini memfokuskan kajian pada apa yang dilakukan para “menak” (termasuk meeka yang berlagak dan ingin menjadi “menak) dalam merebut mandat, mempertahankan, dan membuatnya sebagai amanah yang bisa dipertanggungjawabkan.

Ulasan buku
Buku ini tidak lain merupakan kumpulan esai-esai sang penulis yang terbit di Harian Umum Pikiran rakyat. Seperti yang telah disebut dalam sinopsis esai-esai ini terbit dalam kurun waktu pra-pemilihan presiden (pilpres) 2014 dan pasca-pilpres 2014. Tema-tema seputar kehidupan politik di Indonesia menjadi santapan dalam tulisan-tulisannya. Hal tesebut koheren dengan gelar akademik yang disandangnya sebagai guru besar bidang komunikasi politik di Universitas Pendidikan Indonesia.

Pria yang meraih gelar doktor ilmu-ilmu sosial dari Universitas Padjadjaran 2006 ini mengemas tulisan-tulisannya dengan ciamik serta mudah dimengerti khalayak umum. Tidak berbelit-belit mungkin layak disematkan pada tulisan-tulisannya. Bagi anda yang sudah setia membaca tulisan-tulisannya di kolom pikiran-rakyat.com setiap hari selasa tentunya sudah mengetahui gaya bahasa yang digunakan beliau dalam setiap tulisannya.

Wacana-wacana politik yang berkembang di ruang publik diterjemahkannya kedalam suatu bentuk gagasan yang konstruktif. Hal tersebut dibuktikan dengan solusi-solusi yang selalu ditawarkannya dalam setiap wacana-wacana yang ada. Sehingga, bukan hanya kritikan belaka yang dilontarkan. Namun, solusi yang dapat dilakukan bagi pihak yang dituju.

Dalam buku ini, tulisan-tulisan yang ada diklasifikasikan kedalam tujuh tema khusus. Ketujuh tema khusus tersebut mewakili tulisan-tulisan didalamnya. Konfigurasi Kekuasaan; Manajemen Kesan; Impresi Pemilih; Nasihat “Mantri Djero”; Vitalitas Demokrasi; Bekaca pada Pemilukada; dan Pemilu yang Membebaskan; merupakan ketujuh tema dalam buku ini.

Meskipun tulisan-tulisan ini beredar sebelum dan setelah pilpres 2014, namun gagasan-gagasannya masih relevan hingga sekarang. Hal tersebut karena aroma pilpres dan pileg (pemilihan legislatif) 2019 ada di depan mata. Contohnya adalah tulisan tentang maraknya baliho menjelang perhelatan akbar tersebut bermunculan di ruang publik yang menambah kesan “kumuh” terhadap pemandangan kota.

Tema lainnya adalah terkait pemilukada serentak 2015 yang merupakan pemilukada serentak edisi kesatu, dan hari ini publik dihadapkan pada pemilukada serentak edisi ketiga tahun 2018. Tulisan-tulisan dalam “Berkaca pada Pemilukada” dapat kita saksikan hari ini utamanya didaerah-daerah yang sedang melaksanakan pemilukada serentak. Bagai De Javu tulisan-tulisan tersebut walaupun ditulis beberapa tahun silam namun dapat dirasakan sensasinya di tahun 2018 ini bahkan masih akan relevan di tahun-tahun yang akan datang ketika acara serupa kembali bergulir.

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali