Laila Majnun
Sumber gambar: Dok. Pribadi |
Gerbangdunia.zone.id - Sampai saat
ini buku bertemakan cinta masih menjadi primadona dikalangan masyarakat. Banyak
interpretasi yang hadir akan cinta itu sendiri, hal tersebut tak terlepas dari
sifat universalitas dari cinta. Karena cinta bisa hadir di mana pun, kapan pun,
dengan siapa dan juga apa pun.
Membaca
kisah-kisah cinta akan mengusik jiwa terdalam seseorang. Cinta nyaris sama
dengan kehidupan itu sendiri. Cinta bisa menjangkit jiwa antar manusia, antara
manusia dengan mahkluk lainnya, maupun antara manusia dan Sang Pencipta.
Seperti
halnya kisah cinta yang tersaji dalam Laila
Majnun. Laila Majnun yang
merupakan karya sastra berisi kisah cinta tragis antara dua anak muda ini
sangat terkenal di negara-negara Islam di Timur Tengah dan telah diceritakan
secara turun temurun selama ratusan tahun.
Ialah Nizami
Ganjavi, seorang penyair Persia yang mendapatkan tugas untuk mengisahkan cerita
yang tersebar dari mulut ke mulut tersebut ke dalam suatu karya sastra luar
biasa ini. Ialah Shirvanshah, penguasa
dari Kaukasia yang menugaskan Nizami sebagai penyair kawakan pada kala itu
untuk menulis kisah ini pada tahun 1188 Masehi. Walaupun sempat menolaknya, namun pada akhirnya Nizami berkenan untuk menuliskannya dan hingga saat ini bisa kita baca.
Kisah Laila Majnun sebagai kisah cinta antar
dua manusia sungguh dapat memberikan kenikmatan dan pencerahan . Kita
dihadapkan pada perjuangan yang tidak hanya menembus harda diri, status sosial,
tetapi juga mengorbankan darah dan nyawa dari orang-orang yang berpihak. Kita
dihadapkan pada sebuah penderitaan yang sanggup ditimbulkan oleh cinta yang
penuh halangan, bukan saja pada orang yang mencinta, tetapi juga pada orang
yang dicinta, orang-orang lain yang ada di sekitar pencinta dan orang-orang
lain yang peduli dan kagum pada sang pencinta dan cinta itu sendiri hingga pada
mereka yang sama sekali tidak berhubungan dengan pencinta itu secara langsung,
namun rela nyawanya menjadi taruhan dalam kisah cinta mereka.
Kisah Laila Majnun juga merupakan metafora
dari Majnu terhadap Tuhan. Artinya kisah cinta Majnun terhadap Laila
semata-mata adalah kecintaannya terhadap Tuhan.
Majnun benar-benar menghilangkan egonya hingga sampai pada tingkatan
peniadaan diri. Sehingga ia tidak memandang dirinya dan kekasihnya sebagai
suatu yang terpisah melainkan sebagai satu kesatuan yang utuh. Dengan kata
lain, kisah ini adalah sebuah alegori dari perjalanan sufi untuk sampai kepada
Tuhan.
“...Aku tidak
pernah memilih jalan yang aku tempuh: aku telah dilemparkan ke dalamnya. Aku
terbelenggu dan terikat oleh rantai baja, tap bukan aku yang mengikatkn
belenggu itu. Aku menjadi budak cint karena suratan takdirlah yang menjadikanku
seperti itu. Rantai yang telah diikatkan oleh takdir tak bisa dibuka lagi. Aku
tidak dapat lepas dari belenggu ini: aku tidak dapat melepaskan beban
penderitaanku kecuali takdir sendiri yang melepaskannya....” (hlm. 59)
Pada
akhirnya, kisah ini menghadirkan kepada kita nilai-nilai kemanusiaan yang
menjadi nilai kehidupan itu sendiri. Membaca buku ini lalu emosi anda tidak
teraduk-aduk, pikiran anda tidak memberontak, dan airmata anda tidak tumpah
maka anda belum memahami seperti apa cinta yang sesungguhnya itu.
Informasi buku
Judul: Laila Majnun
Penulis: Nizami Ganjavi
Penerjemah: Dede Aditya Kaswar
Penerbit: Oase
Tahun terbit: Mei 2013, Cetakan Ke-14
Tebal buku: 256 halaman
ISBN: 978-979-1167-82-6
Buku beli di: Rumahbuku, Jl.W.R Supratman No.96, Bandung
Comments
Post a Comment