Lenin dan Marx

liberation.org
Bayangkan anda berada dalam dunia yang sedang mengalami perubahan secara cepat. Mobilitas masyarakat berubah dari tenaga hewan menjadi kendaraan bertenaga mesin. Peredaraan informasi dari surat menyurat berubah menjadi data digital yang bisa diakses siapapun dan kapanpun. Kuantitas produksi yang sebelumnya satu produk per hari menjadi 1000 produk perjam.

Negara-negara di dunia-khususnya eropa dan amerika-gencar melakukan revolusi industri sebagai jawaban atas mimpi dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih layak. Namun, muncul suatu permasalahan dalam sistem yang dilaksanakan kala itu. Cita-cita untuk memakmurkan kehidupan masyarakat justru menjadi sistem dimana penderitaan masyarakat terus terjadi. Kemiskinan, kelaparan, kesenjangan sosial menjamur dimana-mana.

Sistem kapitalisme menyebabkan faktor-faktor produksi hanya dikuasai oleh para pemilik modal. Pekerja yang menghasilkan nilai lebih dianggap sebagai alat produksi untuk mencapai tujuan si pemilik modal. Namun, apakah pekerja mendapatkan posisi yang lebih baik dalam sistem tersebut? Tentu tidak. Pekerja tidak dianggap sebagai manusia,  bagi pemilik modal pekerja merupakan alat untuk memuaskan hasrat mereka. Akibatnya, pekerja diposisikan sebagai barang yang bisa diperlakukan apapun sesuai dengan keinginannya. Disitulah eksploitasi pekerja dimulai ketika hasrat pemilik modal untuk meningkatkan kekayaan tetapi dengan mengeluarkan biaya produksi seminimal mungkin.

Kondisi tersebut membuat beberapa ahli mengganggap perlu adanya sistem baru untuk melawan hegemoni yang telah diletuskan oleh kapitalisme. Sistem dimana pekerja memiliki kuasa penuh atas kegiatan dan faktor produksi. Sehingga, konsep pemilik modal dalam wacana produksi menjadi hilang. Dikemudian hari kita menganalnya sebagai sistem sosialisme. Sebagai kritik terhadap kapitalisme, sosialisme menganggap kapitalisme membuat orang kaya semakin kaya dan orang misin semakin miskin. Kelas borjuasi semakin mendapat legitimasi untuk menindas, dan kelas proletariat semakin teralienasi keberadaannya.

Disinilah titik tolak Marx dalam menegasikan sistem yang berjalan saat itu. Bersama Engels ia merumuskan sebuah paham dimana semua faktor produksi dan kekayaan negara dikuasai oleh otoritas berwenang yang telah disepakati, seperti negara. Lantas kekayaan tersebut didistribusikan kepada seluruh rakyat tanpa terkecuali dengan jumlah dan kualitas yang sama. 

Pemikiran-pemikiran Marx tercatat rapih dan apik dalam karya-karyanya, seperti Das Kapital yang menjadi kitab suci bagi-meminjam istilah Soe Hok Gie-‘orang-orang di persimpangan kiri jalan’ dalam menumpas kapitalisme. Marx, Engels dan tokoh pemikir sosialis lainnya pada awalnya belum menerapkan sepenuhnya apa yang telah mereka konsepkan sebelumnya. Penerapan konsep yang ada masih dalam ruang lingkup yang kecil dan belum masif. 

Walaupun begitu selepas Marx meninggal, pemikiran-pemikiran Marx terus di dengungkan oleh Engels dan kawan-kawan hingga sampai pada pikiran seorang pemuda lulusan Universitas Petersburg. Kita tahu bahwa pemuda tersebut yang dikemudian hari memimpin revolusi kaum proletariat terbesar dan paling mempengaruhi tatanan politik global.

Ialah Vladimir Ilyic Ulyanov a.k.a Lenin. Lenin merupakan tokoh marxis dimana pemikirannya tentang sosialisme dan agitasi politik di dengungkan di Rusia dan daerah eropa lainnya. Gerakan yang dirintisnya mendasarkan pijakannya kepada konsep-konsep dalam marxisme yang sudah berkembang sebelumnya. Ditangannyalah marxisme sebagai sebuah konsep menjadi ideologi yang menuntun para pengikutnya untuk melakukan gerakan-gerakan perlawanan.

Jika ada anggapan bahwa Marx bergulat pada tatanan rasio-filosofis/pemikran dalam membangun marxisme, maka Lenin merupakan orang yang melakukan penerapan terhadap apa yang sudah di pikirkan Marx. Dikemudian hari kombinasi antara konsep yang digagas Marx dan penerapan yang dilakukan lenin menghasilkan ideologi Marxisme-Leninisme atau Komunisme. 

Rezim Tsar Nikolaus II di Rusia saat itu berhasil ditumbangkan oleh segelintir orang yang dipimpin Lenin. Peristiwa itu dikenal sebagai Revolusi Oktober 1917. Kekuasaan tiran berhasil digulingkan dan diganti oleh sistem sosialdemokrat dimana Lenin berada di dalamnya. Revolusi itu merupakan puncak bagi Marxisme-Leninisme dalam menumpas kediktatoran rezim tiran. Seluruh kehidupan masyarakat pasca revolusi berubah total. Lahan-lahan para bangsawan diambil negara dan dibagikan kepada petani. Bank-bank asing yang beroperasi dinasionalisasikan dan perubahan lainnya.

Dikemudian hari Uni Republik-republik soviet sosialis/Uni Soviet muncul sebagai negara dengan sistem komunisme yang dianutnya. Sejak itu pula perkembangan komunisme setidaknya mewarnai kehidupan politik dunia. Bahkan Indonesia ikut andil dalam perkembangan komunisme global.

Akhirnya, kita dapat mengatakan bahwa Lenin pada dasarnya berhasil menerapkan apa yang telah dikehendaki oleh Marx dan kawan-kawannya. Lenin menyesuaikan dengan kondisi Uni Soviet kala itu, ia menggunakan pijakan dasar marxisme untuk melawan sistem yang ada dan berhasil menggembangkan sistem baru yakni Komunisme. Tapi, apakah Lenin benar-benar berhasil membawa masyarakat Uni Soviet makmur? Nantikan dalam artikel selanjutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali