Menemukan (Menjadi) Indonesia

Dokumentasi Pribadi

Banyak cara untuk memahami menjadi orang Indonesia. Setiap orang memiliki jalan yang berbeda dalam pencarian pemahaman ini. Ada orang yang karena penderitaannya sehingga memahami menjadi orang Indonesia. Ada juga orang karena kelapangan hartanya memahami menjadi orang Indonesia. Ada orang yang sengaja mencari untuk memahami menjadi orang Indonesia. Ada pula orang yang tanpa preferensi apapun untuk memahami menjadi orang Indonesia tapi ia memahami apa itu orang Indonesia dan bagaimana kita seharusnya menjadi orang Indonesia.

Diantara 250 juta sekian orang Indonesia, salah satu diantaranya adalah Pandji Pragiwaksono. Siapa yang tak kenal Pandji? Tentu saja ada. Bagi orang-orang Indonesia yang mengenal Stand Up Comedy pasti sudah tak asing dengan sosok ini. Jebolan Kampus Teknik ternama di Indonesia ini mengawali kariernya sebagai Penyiar radio di Bandung sejak mahasiswa, hingga terkenal dengan acara TV Kena Deh!. Ya, Pandji sekarang berkembang dan bertumbuh menjadi salah satu Komika-sebutan untuk para Stand Up Comedian-yang cukup senior dengan karyanya yang begitu digandrungi orang.

Berbicara soal menjadi orang Indonesia, Pandji memiliki kisah tersendiri dalam menemukan Indonesia. Kisahnya tersebut ia ceritakan dalam sebuah buku berjudul Menemukan Indonesia. Sebagai Komika yang sudah memiliki jam terbang diatas para pilot dan awak kabin lainnya ini, ia sudah berkelana kenegara-negara dan kota-kota di dunia. Tercatat ia pernah melakukan Stand Up Comedy World Tour, diantaranya Mesakke Bangsaku World Tour, Juru Bicara World Tour, dan Pragiwaksono World Tour. Bahkan Tur tersebut mencatatkan ia sebagai orang Indonesia pertama yang melakukan tur dunia. Walaupun demikian media dan negara tidak mempedulikan pada awalnya. Tapi, itu bukan menjadi halangan, karena Show must go on!.

Menemukan Indonesia berbicara bagaimana Pandji dalam rangkaian Mesakke Bangsaku World Tour dan liburan melihat kota dan negara yang ia kunjungi dan mencoba untuk membandingkannya dengan apa yang terjadi di Indoneisa. Ada yang bagus dari negara tersebut dan tidak ada di Indoneisa. Ada pula yang ada di Indonesia tapi tidak dapat ditemukan di negara lain.

Selama 365 hari menurut bukunya, di 20 kota di 8 negara dan 4 benua disela-sela tur dan liburan ia sempatkan untuk setidaknya mengobservasi dari setiap tempat yang ia kunjungi. Singapura, Sydney, Melbourne, Adelaide, Brisbane, Gold Cost, Hongkong, Makau, London, Liverpool, Manchester, Amsterdam, Leiden, Berlin, Guanzhou, Beijing, Tokyo, Kyoto, Los Angeles dan San Fransisco adalah kota-kota yang ia pernah kunjungi dan ia ceritakan dalam buku ini.

Secara umum dalam setiap kota yang ia kisahkan terbagi dalam beberapa point, diantaranya. Impresi, Penginapan, Transportasi, Destinasi, Kuliner, MBWT Experience, dan Poin Menemukan Indonesia dimana pendapat Pandji tentang kota yang ia tuju dan bagaimana keadaan atau seandainya terjadi di Indonesia. Point-point tersebut tidak selalu ada dalam cerita disetiap kota.

Perjalanan penemuan Indonesia diawali di negara dan kota tetangga, yaitu Singapura. Salah satu kisah yang cukup menggelitik bagi saya adalah berkaitan dengan penginapan yang Pandji dan kawan-kawan tempati selama disana. Yaitu di KBRI. Walaupun di KBRI, yang kesannya sebagai tempat representatif negara asal di negara yang bersangkutan, tapi tetap ada sisi yang menarik cenderung mistis. Di Singapura, salah satu point yang Pandji temukan dan nyaris sama antara Indonesia dan Singapura adalah soal Larangan. Ya di Singapura segala larangan pasti diikti oleh denda. Dari hal yang menurut kita receh seperti permen karet hingga menyuarakan pendapat dimuka umum. Indonesia pun mengalami hal yang sama, ketika biar peraturan terjadi. Antara pelarangan yang karena semangat doktrin agama, atau pelarangan karena emang gasuka aja. Pelarangan demi pelarangan yang terjadi di Indonesia pada saat yang sama merupakan suatu tindakan sia-sia yang dilakukan negara. Dibanding pelarangan, pendewasaan menjadi alternatif bagi Pandji untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dirasa tabu di Indoneisa. Seperti prostitusi, minuman keras, situs porno dan lainnya.

“Saya sendiri tidak percaya akan dampak pelarangan. Saya lebih percaya pada pendewasaan yang akan membuat kita sebagai bangsa sadar mana pilihan yang baik mana yang buruk?" (38)

Perjalanan terus berlanjut selama satu tahun yang dimulai pada April 2014 sampai April 2015. Selama 365 hari menurut bukunya, di 20 kota di 8 negara dan 4 benua. Semakin lama waktu perjalanan, semakin jauh jarak tempuh, dan semakin luas wilayah yang ia capai. Semakin luas pula arti menjadi orang Indonesia bagi Pandji. Disetiap tempat dapat kita temukan arti menjadi orang Indonesia dan diantara banyak tafsir mengenai orang Indonesia salah satunya yang Pandji kemukakan adalah:

“Menjadi orang Indonesia adalah menjadi bangsa yang senang melayani sebagai bagian dari keramahtamahan kita” (278)

Lantas, bagaimana sebenarnya Indonesia yang saya, kamu, kalian, kita kenal selama ini? Sama seperti yang menjadi pertanyaan Pandji bagi pembacanya, seperti apakah Indonesia yang selama ini kalian kenal?



Identitas Buku
Judul: Menemukan Indonesia
Penulis: Pandji Pragiwaksono
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 284 halaman
Terbit: Mei, 2016 Cetakan Kedua
ISBN: 978-602-291-143-2

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali