Kembali Hujan

Musim penghujan nampaknya belum akan menunjukan gejala tidurnya. Hal tersebut terlihat bagaimana hujan yang masih turun beberapa hari terakhir. Seolah terpola, hujan turun diwaktu sore hingga malam hari. Intensitasnya beragam, kadang deras dan tiba tiba, bisa juga hanya rintik namun dengan waktu yang lama.

Hari ini aktifitas keluar dimulai sore hari. Menjelang pukul tiga aku baru melangkahkan kaki keluar untuk bepergian. Kali ini tujuannya entah kemana, hanya akan transit terlebih dahulu di salah satu pangkalan ojek perbatasan kabupaten-kota.

Seperti kemarin mobil oranye mengantarku ke tempat transit. Dibawah guyuran hujan deras mobil ini tetap gagah melaju. Cipratan air dipintu samping membasahi sedikit bagian dalam. Seorang bapak yang duduk didepannya sedikit memindahkan posisi pantatnya menjauh dari pintu.

Hujan terus turun, hingga pukul lima masih terlihat butiran air itu menghujam bumi. Namun, intensitasnya sudah berkurang, hanya segelintir air hujan yang turun. Mungkin mereka menjadi pasukan yang telat bangun untuk terjun.

Selepas hujan mulai reda, lalu lintas kembali ramai. Motor mulai kembali gentanyangan setelah populasinya berkurang saat hujan deras tadi. Kini semua jenis kendaraan tumpah ruah dijalanan. Dan seperti yang sudah kita ketahui 'habis hujan terbitlah macet'. 

Bukan saja karena volume kendaraan yang bertambah. Namun, sebagian titik jalan tergenang air hujan. Beberapa kendaraan berusaha menghindari genangan. Sehingga arus lalu lintas tidak berjalan semestinya.

Dibeberpa titik genangan memang sudah menjadi langganan banjir. Bukan hanya di musim penghujan, disaat musim kemarau lantas turun hujan pun beberapa titik tetap tergenang. Hal itu karena tidak ada saluran buang di sisi jalan. Seolah hal tersebut dibiarkan berlarut-larut.

Sekitar jam 5.40 sore aku kembali ke tempat transit. Tujuan selanjutnya adalah kembali kerumah. Lalu lintas macet sekali saat aku hendak menaiki angkutan menuju rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan sedikit ke stasiun kereta api.

Sesampainya disana aku sedikit kecewa. Karena kereta tujuan rumah sudah berhenti dan lewat beberapa saat yang lalu. Kereta selanjutnya ada pukul tujuh malam. Aku berpikir sebentar. Lantas memutuskan untuk berjalan kaki menyusuri rel kereta hingga rumah.

Ohya, saat itu hujan sudah reda. Yang tersisa hanya basah diberbagai tempat, yang menandakan hujan pernah datang ketempat itu.

Aku berjalan menyusuri rel itu. Karena rel tersebut tergolong double-track maka aku cukup paham untuk berjalan di rel sebelah mana. Aku berjalan ke arah barat, itu artinya aku berjalan menyusuri rel disebelah kiri ku. Karena rel tersebut digunakan bagi kereta yang berjalan dari arah barat ke timur, sehingga aku dapat melihatnya jika akan ada kereta didepanku. 

Jika aku berjalan di rel sebelah kanan maka kereta yang datang berasal dari arah belakangku. Sehingga, resikonya lebih besar untuk tertabrak. Ya, walaupun sebenarnya berjalan menyusuri rel tetap beresiko dan tidak diperbolehkan menurut aturan negara, katanya.

Sepanjang perjalanan menyusuri rel. Aku berpapasan dengan dua rangkaian kereta. Pertama adalah kereta lokal dan kedua merupakan salah satu kereta jarak jauh. Keduanya melintasi rel dari barat menuju timur, sehingga aku sempat berpindah rel dan berjalan di rel sebelah kanan sebelum kembali ke rel sebelah kiri.

Perjalanan ditempuh sekitar satu jam hingga sampai kerumah. Tentunya tidak full menyusuri rel. Namun, jika diukur dari tempat transit hingga ke rumah, mungkin 60 persen aku berjalan dengan menyusuri rel. Sisanya berjalan di jalan setapak biasa.

Begitulah cerita di balik hujan kali ini. Semoga turun mu membawa berkah bagi seluruh alam semesta. 



PDL, 16 Februari 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali