Ihwal Sumur

Anak itu begitu cekatan,
ia ambil ember yang ada di bibir sumur.
Dilemparkannya kedalam, 
lantas ia pegang tali gantung di katrol tunggal.

Terdengar suara ember menyentuh air,
ember di tarik ulur beberapa kali.
Menunggu air mengisi penuh ember,
lantas ia menariknya kembali ke atas.

Ember berisi air itu ia isikan,
kedalam bak yang ada disampingnya.
Beberapa kali ia lakukan kegiatan itu,
hingga bak terisi dengan sempurna.

Setiap pagi pasti ia menimba air,
lebih kepada memenuhi kebutuhan.
Sebelum ia berangkat ke sekolah,
ataupun saat libur berdiam diri dirumah.

Sekarang air sumur cukup berbau,
sehingga hanya bisa dipakai kandi saja.
Untuk memasak ia harus menunggu,
menunggu tanki air kiriman pemerintah.

Itupun tidak dtang setiap hari, 
paling banyak 3x dalam seminggu.
Dan harus berbagi dengan warga lain,
yang mengalami nasib yang sama.

Sejak pabrik berdiri dikampungnya,
air sumur sedikit berbau.
Bukan hanya itu saja,
kini volumenya pun sedikit.

Ada dilema dalam sumur warga disana,
antara memperdalam sumur atau tidak.
Jika diperdalam air semakin banyak,
namun dengan bau yang semakin menyengat.
Jika tidak diperdalam air semakin sedikit,
dan bau tidak begitu menyengat.

Tapi pagi itu ia tetap menimba air,
dari sumur yang tak terlalu dalam.
Sumur yang menjadi tempat mainnya,
sejak ia pertama kali dimandikan ibunya.



PDL, 17 Maret 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali