Potret Urban

Dokumentasi Pribadi

Novel ini bercerita tentang hiruk pikuk yang terjadi di ibu kota, Jakarta. Sekitar tahun 1950-an. Saat Indonesia belum lama memproklamasikan kemerdekaan, sesaat setelah Belanda mengakui kedaulatan. Pun saat di parlemen terjadi pergolakan ihwal konstitusi.

Cerita yang ada didalamnya tidak hanya relevan saat kejadian itu terjadi. Dimana Mochtar Lubis selesai menuliskannya tahun 1957. Tapi sampai hari ini pun ceritanya masih terus berlangsung.

Bagaimana potret kehidupan orang-orang kecil. Yang secara kultural dan struktural terpinggirkan. Bukan karena mereka tidak menghendaki, tapi akses untuk mencapainya saja sudah terhalang tembok. Praktik penindasan antar sesama warga masih terjadi. Bahkan hanya karena yang satu berada dijalanan dan yang lainnya duduk di balik meja. Lebih jauh dari itu, praktik penindasan terus dilakukan elit politik.

Bagaimana segelintir orang bisa menguasai ritme kehidupan bangsa dan negara. Dimana dampaknya sangat terasa oleh akar rumput. Yang seyogianya tidak ikut langsung terlibat didalam prosesnya. Tapi mereka yang pertama merasakan akibatnya.

Ketimpangan ekonomi merajalela. Segelintir orang bisa menguasai hampir seluruh kekayaan negeri. Mereka senantiasa giat menimbun kekayaan. Dan berselisih satu sama lain. Rakyat kecil tidak lain dan tidkak bukan kembali menjadi korban dari apa yang mereka tidak lakukan.

Potret seperti itu yang tergmbar dalam Senja di Jakarta. Potret yang sampai saat ini terjadi di awal milenium ketiga. Potret yang semakin hari semakin terlihat semakin jelas. Penindasan, ketimpangan dilakukan silih berganti dan terjadi terus-menerus.

Hingga pada akhirnya yang bisa membebaskan setiap orang dari penindasan dan ketimpangan tidak lain adalah kematian.

Seperti  biasa  disclaimer diakhir. Jika anda mengharapkan sebuah ulasan yang sesuai kaidah penulisan resensi menurut pelajaran Bahasa Indonesia maupun kaidah yang ditemukan di gugel. Maka, ini tempat yang salah bagi anda. Silahkan mengunjungi tulisan yang baik dan benar. Karena ini hanya terlihat seperti Sampah Digital. Sekian. Terimakasih.



PDL. 18 Maret 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali