Lelaki Duduk
Malam itu, seorang lelaki duduk di teras rumahnya. Sebatang rokok diapit diantara telunjuk dan jari tengah. Asap mengepul keluar dari mulut sang lelaki. Tiba-tiba seorang perempuan lewat di depan lelaki itu. Lantas menyuruh si lelaki untuk mencukur kumisnya.
"Hey kau, laki-laki berkaus singlet. Cukur kumismu! Geli aku melihatnya."
Perempuan tersebut langsung pergi beralu dari depan teras, dari depan lelaki itu. Lelaki iti berdiri sambil melihat arah perempuan berjalan. Setelah menghilang dibalik tikungan, lelaki itu duduk kembali. Isapan demi isapan kembali ia lanjutkan. Asap kembali keluar dari mulut dan hidungnya.
Dari tempat perempuan tadi mengjilang muncul seseorang. Seorang lelaki bersarung, menggunakan sandal swallow, berkaus merah dan berpeci. Lelaki berkaus merah itu semakin mendekat kearahnya. Teoat di depan lelaki yang sedang duduk dan merokok itu ia berkata agar si lelaki mencukur kumisnya.
"Cukurlah itu kumis." Sambil berlalu laki-laki bersarung itu kembali berjalan.
Si lelaki kembali melihat arah dari si lelaki yang berpeci itu. Dilihatnya ia masuk ke halaman masjid. Ia pun kembali duduk. Kembali mengisap rokok yang tadi.
Aku heran kenapa orang-orang hobi mengurusi hidup orang lain. Mungkinkah karena mereka banuak waktu luang dan bingung waktunya mau dibuat untuk apa. Kumisku menjadi perhatian mereka. Padahal masih banyak hal yang bisa mereka lakukan. Duduk sepertiku misalnya.
Rupanya panjang kumis si lelaki itu memang memancing perhatian orang-orang. Kumisnya mmenggontai hingga lantai. Jika ia berdiri, maka ujung kumisnya persis menyentuh lantai.
Mungkin aku manusia bebas yang tidak peduli dengan perndapat orang. Panjang umur hodup dan kumisku.
PDL, 21 April 2019
Comments
Post a Comment