Mengembalikan Ingatan: Bus Bapak
Entah dari mana asalnya. Malam ini aku mulai mengingat kembali kenangan di masa lalu. Kenangan-kenangan bersama orang terdekat, keluarga. Kenangan akan suatu kejadian yang menyenangkan, menyedihkan, mengasyikan, menjengkelkan, menakutkan dan beragam rasa lainnya. Aku mengenangnya sebagai sebuah sebuah upaya membangkitkan masa lalu. Memahami makna yang pernah aku lalui, namun saat itu aku luput akan hal itu. Menjadikan masa lalu sebagai bekal untuk masa depan.
Mungkin kenangan ini terjadi saat aku berusia kurang dari 7 tahun. Seingat ku waktu itu aku belum masuk sekolah. Mungkin masih bermain di taman kanak-kanak. Di akhir pekan bapak selalu mengajak ku jalan-jalan. Jalan dalam arti yang sebenarnya jalan, menggunakan kaki sebagai alat perpindahan. Kadang aku berjalan sendiri, atau di akod (gendong) jika aku sudah merasa lelah.
Di akhir pekan itu, aku dan bapak berjalan kaki menyusuri ruas-ruas jalan di lingkungan tempat aku tinggal. Dulu daerah ini masih pedesaan, sawah terhampar luas, belum banyak bangunan yang berdiri, baik itu rumah tinggal, ruko, perkantoran, dan lainnya. Sawah pun masih mendominasi dengan persis berada di samping jalan raya.
Aku berjalan di pematang sawah, yang membatasi antara sawah, selokan kecil yang berfungsi sebagai irigasi untuk mengairi sawah dan jalan raya. Belum ada trotoar. Hanya di beberapa titik saja trotoar ada. Itupun tidak seperti trotoar yang kita kenal sekarang.
Saat berjalan, kadang ada bus yang lalu lalang. Jumlahnya tidak banyak, hanya beberapa. Biasanya bus tujuan jakarta, dengan tarif ekonomi yang tidak melewati tol, atau bus yang mengarah ke cianjur, bogor atau sukabumi.
Diantara banyaknya nama bus, entah kenapa aku hanya ingat satu bis yang dari bis itulah aku memberinya nama “Bus Bapak”. Aku tidak ingat bagaimana hal itu terjadi. Apakah bapak yang mengatakannya langsung bahwa bus yang dimaksud itu adalah miliknya. Atau karena bus itu yang sering melintas dan aku tunjuk bersama bapak yang menjadikannya sebagai “Bus Bapak”.
"Bus Bapak" sejak dulu sampai sekarang masih sama tampilannya, masih beroperasi,.melayani banyak tujuan. Dengan warna dominan putih, dan dua garis yang membentang dari bagian depan hingga belakang di bawah kaca jendela, berwarna merah tua dan merah lebih muda.
Aku ingat, aku begitu antusias setiap bus itu melintas. Bahkan dari kejauhan saat aku melihat bus itu mendekat. Aku kadang berhenti dan menunggu bus tersebut datang. Jika aku luput melihatnya, bapak akan segera memberitahuku bahwa bus ada “Bus Bapak” yang akan datang. Buru-buru aku memalingkan pandangan ke arah bus tersebut. Dan menunggunya hingga melintas dihadapanku.
Aku ingat kenangan itu. Kenangan bersama bapak, kenangan menyusuri jalan dan melihat bus. Kenangan menunggu bus datang tepat ke depanku. Kenangan yang dulu pernah aku lalui, tentang kasih seorang bapak, tentang kepolosan seorang anak. Aku ingat kenangan itu. Dan hari ini aku tidak bisa mengulangnya kembali.
PDL, 12 April 2020
Comments
Post a Comment