Pagebluk
Coronavirus disease 19 (COVID-19) menjadi momok menakutkan saat ini. Hampir di seluruh dunia sebaran virus ini terjadi. Setiap hari angkanya terus bertambah -kearah yang buruk maupun yang baik- seakan belum menemui titik akhirnya. Memang dibeberapa negara mulai berkurang bahkan angka nya nyaris nol, seperti Tiongkok, Vietnam, Kuba. Tapi mayoritas diseluruh dunia angkanya terus bertambah dan kurvanya semakin curam, Indonesia menjadi negara yang mengalami lonjakan yang cukup drastis dibandingkan negara-negara di ASEAN.
COVID-19 ini menjadi pagebluk yang penyebarannya menjadi yang tertinggi, tercepat dan terluas dibanding virus lain yang pernah mewabah. MERS yang pertama kali ditemukan di Arab Saudi tahun 2012, SARS di Tiongkok rahun 2002, bahkan Black Death yang pertama terjadi di eropa abad ke-14 dan menyebar ke seantero dunia merupakan beberapa contoh pagebluk yang pernah terjadi sebelumnya.
Perkembangan teknologi mutakhir setidaknya memberi sumbangsih yang begitu besar dalam penyebaran juga penanggulangan pagebluk. Black Death memakan korban hampir 75 juta jiwa diseluruh dunia dengan waktu yang relatif lama, sekitar 2 tahun, hal tersebut salah satunya disebabkan karena teknologi saat itu belum ada yang bisa mentransmisikan virus secara cepat dan penanggulangan melalui medis relatif belum secanggih saat ini. Sementara itu, COVID-19 terjadi disaat teknologi mutakhir kian canggih. Transportasi global yang memudahkan perpindahan manusia dalam hitungan jam, alat-alat medis yang memungkinkan mendiagnosis lebih cepat sehingga resiko penyebaran bisa ditekan. Kedua hal itu menjadi dua sisi yang bertolak belakang. Disatu sisi perkembangan teknologi berdampak negatif karena mempercepat penyebaran, disisi lain teknologi mempercepat proses antisipasi, mitigasi, dan penanggulangan yang lebih cepat.
Ada dua pandangan -menurut saya- dalam melihat pagebluk COVID-19 ini, yaitu melihat dalam sudut pandang antroposentris dan biosentris. Pertama, antroposentris, dalam pandangan ini setidaknya manusia menjadi titik pusat kehidupan, akibatnya kehadiran pagebluk bisa dikatakan sebagai suatu hal yang mengganggu ritme hidup manusia, sebab di dunia yang menjadi tolok ukur adalah manusia. Sementara dalam pandangan biosentris pagebluk bisa dimaknai sebagai proses alamiah yang terjadi sebgai akibat dari apa yang dilakukan manusia dan segala isinya terhadap alam. Alam menadi tolok ukur, alam menjadi pusat dalam melihat kehidupan, dari alam kita mengoreksi apabila terjadi suatu hal yang tidak biasa. Dan, pagebluk merupakan salah satu cara alam dalam mengembalikan sifat kealamannya. Setidakbya begitu-lah kondisi yang kita hadapi saat ini.
PDL, 18 April 2020
Comments
Post a Comment