Pisang, Novel dan Mukbang
Hari itu aku bangun cukup siang, seperti biasanya. Lantas aku langsung menuju kamar mandi. Membuka pakaian dan gejebur-gejebur air gayung membasahi tubuhku.
Setelahnya aku duduk di bangku ruang keluarga. Mengambil remote dan menekan tombol power televisi. Aku menonton sambil sesekali memakan buah pisang. Hap, setiap kalu aku memakan pisang itu. Lembut, manis, dan mengenyangkan.
Pisang itu diambil bapakku di kebun belakang rumah. Ada beberapa pohon pisang yang biasanya tumbuh sendiri. Sewaktu aku baru pindah kerumah ini, dibelakang rumah memang sudah ada pohon pisang. Setiap kali pohon ditebang dan diambil buahnya, pohon pisang akan tumbuh kembali.
Walaupun pisang yang aku makan tidak matang dari pohonnya, melainkan pisang yang di peyeum terlebih dahulu. Namun, rasanya tetap enak. Kulitnya berwarna kuning cerah dengan ukuran yang cukul besar.
Lima buah pisang tak terasa habis dalam sekejap. Lantas aku membuang kulit pisangnya ke halaman depan. Kulit pisang itu sampah organik, maka bagus untuk membantu menyuburkan tanah.
Aku kembali duduk di bangku. Kali ini adekku ikut duduk disana. Ia pun sama baru saja selesai mandi. Kami berdua menjadi tim mandi siang hari. Bedanya adekku sejak pagi sudah bangun, sementara aku siang selepas jam 10/11 baru bangun. Bahkan pernah melebihi jam 13 aku baru bangun.
Kegiatan kamu akhir-akhir ini tidak banyak. Kami mencoba melakukan anjuran pemerintah untuk #dirumahaja. Suatu anjuran yang musti dilakukan jika kita ingin aman dari penyebaran Covid-19. Cukul efektif juga cukup membosankan.
Selain meninton televisi, biasanya aku menghabiskan waktu dengan membaca buku atau menonton video di youtube. Novel menjadi buku favoritku selama menjalani#dirumahaja, sedangkan video mengenai produk mukbang aku tonton di youtube.
Begitulah kegiatanku akhir-akhir ini. Semoga besok-besok bisa kembali berqktifitas di luar ruang. Bertemu orang-orang, bercengkrama, dan ngobrol ngalor-ngidul.
PDL, 1 April 2020
Comments
Post a Comment