Sebelum Menutup Pelajaran

Setelah kita mempelajari materi hari ini. Alangkah baiknya, kita membuangnya ke tong sampah yang ada di luar. Terserah, apakah masing-masing atau kolektif. Yang pasti materi yang sudah dibagikan tidak perlu masuk ke otak kalian. Sebab, sangat merugilah bagi mereka yang menyerap materi pembelajaran di kelas.

Anak-anaku sekalian yang selalu murung.

Apakah setiap pembelajaran musti ada hasilnya? Maksudnya, hasil yang di inginkan kurikulum. Misalnya, menjadi anak yang baik secara lahir dan batin. Apakah memang demikian? Rasa-rasanya itu tidak perlu. Sebab, kurikulum disusun oleh orang-orang yang belum tentu memiliki kebaikan sebagaimana yang dituliskannya. Semacam hukuman rajam, dilakukan oleh mereka yang memang sepanjang hidupnya tidak pernah berbuat sekali, sekecil, sebesar, apapun dosa di dunia. Masihkah kalian memercayai kurikulum sebagai pedoman untuk mencapai kesuksesan? 

Pelajaran-pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru feodal lain apakah masuk di otak kalian? Meskipun mereka sudah mewanti-wanti, bahkan mengancam apabila anda tidak memahami apa yang diajarkan. Jangan khawatir. Anda tidak perlu risau akan hal itu. Sebab, itu bukan menajdi satu-satunya hal yang akan membantu kalian. Karena apabila kalian semua ingin sukses, tidak harus menempuh jalan yang baik dan benar. Jalan yang menurut orang-orang goblok pun bisa kita lalui dengan baik. Atau jika memang dalam otak kalian tidak tercantum terminologi sukses, itu lebih baik. Sebab, itu artinya kalian akan bisa menjalani hidup sebagaimana mekanisme yang ada. Tidak terpengaruh oleh batasan yang menjulang tinggi, kesuksesan.

Anak-anaku sekalian yang mungkin sedang merencanakan pembunuhan.

Apakah kehidupan dan kematian merupakan suatu pelajaran? Pernahkah guru-guru lain mengajarkan bagaimana cara membuat kehidupan, dan bagaimana membuat suatu kematian. Apakah guru kalian menjelaskan bagaimana sel sperma dan sel telur yang mengalami pembuahan dalam suatu tempat bisa tumbuh menjadi zigot, embrio, lalu bisa menghasilkan seonggok daging yang bentukannya mirip manusia. Dijelaskan dengan beragam teknik untuk mempertemukan keduanya, bahkan mencontohkannya. Atau pelajaran-pelajaran tentang teknik-teknik melakukan pembunuhan. Misalnya, bagaimana mencekik leher kucing yang lewat di depan kita. Atau menembak burung yang bertengger di pohon. Bahkan, jika levelnya sudah paripurna, teknik yang kalian miliki bisa dipakai untuk melakukan pembantaian. Seperti yang pernah pemerintah kolonial lakukan. Kolonial Belanda maupun Kolonial Indonesia.

Tahukah kalian bahwa pembunuhan adalah salah satu lini bisnis yang dijalankan oleh negara. Bahkan berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang setiap tahun keuntungannya di setor ke negera dalam bentuk dividen perusahaan. Saking besarnya keuntungan yang diraup dari lini bisnis ini. Hampir seluruh wilayah di negara ini memiliki cabang perusahaan BUMN yang menjalankan bisnis pembunuhan tersebut.
Bentuknya beraneka ragam. Disesuaikan dengan wilayahnya masing-masing. Ada pembunuhan yang korbannya berupa gunung. Ada pembunuhan yang korbannya berupa sawah. Ada pula pembunuhan yang langsung menyasar kepada masyarakat. Dan disitulah muara pembunuhan itu berakhir. Semua lini bisnis pembunuhan pada akhirnya akan pembunuh manusia itu sendiri. Masyarakat yang menjadi penopang jalannya negara, justru menjadi korban paling besar dalam proses pembantaian perlahan-lahan yang dilakukan. Tentu, negara senantiasa menyangkal fakta-fakta tersebut. Sebabnya ialah membunuh segelintir orang akan membuat situasi aman, katanya. Begitu cerdiknya, lini bisnis ini dijalankan tanpa harus menggunakan tangan negara secara langsung. Banyak diantaranya dilakukan menggunakan tangan-tangan lain. Tujuannya tak lain adalah agar tangan negara tetap bersih. Tetap higienis. Tetap suci dari najis-najis yang ditimbulkan. Begitu kiranya negara menjalankan bisnis pembunuhan tersebut.

Dan, anak-anakku sekalian. Dari mana ide-ide bisnis pembunuhan itu lahir. Ya, dari sini. Dari ruang-ruang kelas yang mayoritas berdinding. Sebab, disinilah pikiran-pikiran dingin dan stagnan itu lahir. Coba lihat diri masing-masing, juga teman disebelah kalian. Adakah yang memiliki perawakan, usaha dan cita-cita mejadi pembunuh. Cita-cita yang didambakan oleh banyak pemuda. Termasuk diantaranya mungkin kalian yang ada disni. Itulah sebabnya, setiap pelajaran yang kalian dapat cukup berakhir di tong sampah. Jangan repot-repot untuk menyimpannya dalam otak kalian. Biarlah otak kalian dipakai oleh kalian sendiri. Dengan pengetahuan dan ilmu yang kalian dapatkan secara mandiri. Dan apabila ada sesuatu kebaikan yang hadir, maka itu karena usaha kalian sendiri. Tapi jika suatu saat anda menjadi pembunuh, yang bekerja di lini bisnis negara dalam sektor pembunuhan. Maka, itu adalah akibat dari kalian menyimpan pelajaran yang dibagi. Untuk itu, sejak awal diumumkan bahwa apa yang kalian dapat cukup berakhir di tong sampah.

Anak-anakku sekalian yang mungkin memiliki hasrat yang tinggi.

Diusia menjelang puber, Anda-anda sekalian akan memiliki begitu banyak energi. Disaat itu Anda memerlukan saluran-saluran untuk membuang energi tersebut. Pilihannya terserah pada diri sendiri. Energi-energi itu pada saatnya akan memuncak, bukan hanya dalam bentuk tenaga melalui otot-otot yang mulai tumbuh. Tapi juga melalui pikiran yang liar. Jangan heran, apabila suatu waktu otak Anda akan berpikir lantas yang bergerak molusca yang ada di balik celana. Atau, bulatan-bulatan di balik dada mulai mengeras. Dan rasa geli mulai menyeruak di balik rok. Jangan khawatir, kalian akan mengalami itu. Dengan waktu yang berbeda tiap orangnya. Meskipun, pada orang-orang tertentu, hal itu bisa dicapai lebih cept dengan bantuan teknologi.

Hasrat-hasrat dalam diri akan terus bertumbuh semakin besar. Dengan tujuannya masing-masing. Seperti bus-bus yang lalu lalang di terminal. Mereka memiliki tujuannya masing-masing. Mesin yang mereka gunakan berbeda-beda kemampuannya, meskipun lahir dan dirakit dengan komponen yang sama. Itulah hasrat yang akan menuntun diri kalian menuju tujuan bus tersebut. Suatu hari kalian akan merasakan bagaimana hasrat itu muncul dan bagaimana mengelolanya sesuai keinginan kalian. Semua proses dan hasil yang dicapai melalui hasrat itulah yang menjadi tanggung jawab kalian. Tidak perlu takut atas penilaian orang atas upaya kalian, sebab itu adalah karya dan upaya yang telah kalian lakukan. Orang lain hanya bisa berkomentar, dan tak perlu mirisaukan komentar mereka.

Anak-anakku sekalian yang meragukan institusi keagamaan.

Itu wajar. Ya, hal itu dapat dikatakan wajar. Sebab, itu menandakan kalian masih terus berpikir, mempertanyakan hakikat hidup di dunia. Pengalaman hidup sejak lahir yang melekatkan institusi agama mana yang akan melekat dalam identitas kalian. Nilai-niai keagamaan sejak lahir sudah dilekatkan oleh orang tua kita. Bahkan meskipun kita memiliki otak kala itu, kehendak bebas belum bisa kita pergunakan. Sebagai seonggok daging merah yang enak jika disantap, hal itu memang tidak mengherankan. Maka, jika suatu saat anda mempertanyakan institusi tersebut dalam diri, kalian tidak perlu merasa takut. 

Ya, memang. Pada saat ide itu diutarakan, akan banyak orang yang menentang. Kebanyakan dari lingkungan terdekat kita. Tapi, jika boleh bersaran, ambilah omongan mereka, lalu catat, kemudian Anda buang ke tong sampah di depan wajah mereka. Jika telapak tangan yang mendarat di wajah kalian, tak apa. Itu biasa. Jika kalian berani, balas saja apa yang mereka lakukan. Tapi, jikalau pun tidak, itu tidak apa. Malah lebih bagus.

Atau mungkin, suatu saat, bukan singgungan antara kalian dengan lingkungan terdekat, tapi kalian yang duduk bersebelahan dikelas ini akan menjadi rival dalam mempertahankan dogma institusi keagamaan. Ya, anda menjadi agen-agen yang menjajakan agama. Yang menebar permusuhan satu sama lain. Itu bisa saja terjadi.

Anak-anakku sekalian yang pikirannya ada di kantin.

Dengan anda membuang apa yang diajarkan di kelas. Maka, anda turut membantu dalam proses penghentian kelahiran para pembunuh. Sebab, generasi kalian ini lah yang akan menjadi ujung tombak negara dalam menjalankan gurita bisnisnya. Entah gurita yang bermarkas di jalan apa. Sebab, gurita bisnis tersebut setidaknya akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setiap lima tahun sekali. Jadi, silakan untuk mempersiapkan diri, apakah anda akan masuk kedalam gurita bisnis yang ada. Atau bersolidaritas untung memotong tentakel-tentakel gurita tersebut.

Salam. Selamat berburu di kantin.




14 Juni 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali