Lelaki Terbang Mari Apotik

Selepas maghrib, Lelaki Berninja itu bergegas menarik tuas gas motornya. Bapaknya sempet menahannya untuk salat maghrib terlebih dahulu. Pun begitu dengan Ibunya. Sebelum meninggalkan garasi, Lelaki Berninja itu diingatkan untuk salat.

"Nanti, Mak. Di titik kumpul aku salat. Lagi pula, titik kumpulnya di Masjid kampus." Jawab Lelaki Berninja itu sembari melaju perlahan.

Sebelumnya, ia mendapat pesan pendek dari kawan-kawannya di kampus untuk segera berkumpul di pelataran masjid. Ada rapat akbar sebelum keberangkatan esok hari menuju Ibukota. Rencana keberangkatan itu sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Setelah mendapat arahan dari seniornya di organisasi tempat ia mencari penghidupan selama hidup di kampus.

Lelaki Berninja itu termasuk dalam golongan mahasiswa abadi. Saat itu, ia sedang menempuh semester ke-13. Berkat gerilya dari satu senior ke senior lainnya sejak awal kuliah. Ia bisa mengatasi masalah keuangan kampusnya. Bahkan bisa mencukupi untuk membeli teman untuk menghangatkan tubuh.

Jarak rumahnya dengan kampus tidak begitu jauh. Setengah jam cukup baginya untuk berjoget ria bersama kepulan asap kendaraan bermotor. Sebelum akhirnya memasuki gedung parkir kampus yang baru saja di bangun dari dana pinjaman bank luar negeri.

Jalanan cukup lengang. Mungkin orang-orang menepi sesaat. Dipacunya motor itu lebih kencang dari biasanya. Jarang-jarang menemukan jalan yang leluasa untuk dipacu, pikirnya.

Di jalan raya samping terminal ia memacu motornya begitu kencang. Badannya yang kurus kering seolah ingin terbang dari tempatnya duduk.

Duarrrr, suara benturan yang cukup keras terdengar dari pertigaan jalan samping terminal. Motor yang ia kendarai menghantam seseorang yang sedang menyebrang jalan. Ia ikut terpelanting dan lepas dari motornya.

Seorang lelaki yang tertabrak terbang ke lajur di sebelahnya. Kijang yang melesat tak cukup waktu mengendalikan tubuhnya. Lelaki itu terpental kembali setelah kedua kalinya tertabrak.

Orang-orang mulai berkerumun. Satu-satu mencoba menolong. "Mari ke apotik di sebrang. Ada dokter jaga di kliniknya 24 jam." Salah seorang diantaranya memberi ide.

Orang-orang mulai membawa Lelaki Berninja, Lelaki yang tertabrak dan para lenunggang Kijang ke apotik di sebrangnya. Di dalamnya terdapat dokter jaga. Karena apotik itu menyatu dengan tempat praktik dokter. Dan beroperasi 24 jam.




15 Juli 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali