Memahami Presiden: Sebuah Pendekatan Intuitif

Tak ubahnya dalam penelitian yang ‘membutuhkan’ pendekatan dalam proses penelitiannya. Memahami Presiden, baik sebagai Kepala Negara, Pemerintahan, Keluarga, dan kepala-kepala lainnya yang tak selesai, diperlukan suatu pendekatan yang progresif. Sebab, Presiden merupakan suatu jabatan yang seksi untuk dipertontonkan di khalayak. Entah baik maupun buruk, Presiden tetap harus tampil di depan publik. Entah publik manusia maupun beragam hewan dan tumbuhan yang ada di sekelilingnya.

Berbeda dari pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D, dalam memahami Presiden diperlukan suatu pendekatan yang lebih mendalam melibatkan perasan perasaan yang ada di dalam jiwa tiap manusia, hewan, dan tumbuhan. Hal itu dikarenakan Presiden tidak memiliki pikiran yang sangat sulit untuk di interpretasikan kecuali oleh orang-orang yang sudah mendiang.

Sayang, orang-orang yang sudah mendiang tidak bisa ikut terlibat dalam menginterpretasikan maksud, tujuan dan keinginan dari Presiden. Maka, segala hal yang masih hidup menjadi korban dalam memahami segala persoalan yang ada. Mulai dari persoalan berhubungan suami-istri, antara Presiden dan pasangannya, hingga masalah-masalah mendasar manusia yang abadi sepanjang hayat: asmara.

Pendekatan intuitif sangat cocok apabila dilakukan dalam memahami Presiden. Karena dengan pendekatan seperti itu, setiap mahkluk yang ada di sekitar Presiden dapat memahami apa yang di katakan oleh pasangannya. Tak mudah bagi mahkluk-mahkluk itu dalam menafsirkan mimpi-mimpi yang belum pernah di alami oleh Presiden maupun pasangannya. Baik pasangan hidupnya, maupun pasangan politisnya, yang keberadaannya bak hilang ditelan gajah.

Menjadi hal yang sangat pelik apabila gajah yang menelan pasangan politis Presiden itu telah terbang menuju khayalan tingkat tinggi. Bisa jadi, di atas sana mereka sedang melakukan suatu pertunjukan musik bersama grup-grup musik populer di dunia maupun akhirat. Kuburan, misalnya. Sebuah tempat dimana terdapat banyak undakan tanah, polos, berumput, ataupuan bersemen dan keramik. 

Hal lain yang bermanfaat apabila pendekatan intuitif dilakukan adalah peneliti yang akan mencoba memahami Presiden akan terbantu oleh daya dorong yang berasal dari belakang kemudi delman istimewa yang setiap hari minggu duduk di muka sang Presiden. Hal ini jarang diketahui khalayak umum. Itu adalah sebuah rahasia yang sudah tersebar di kalangan para tikus yang setiap hari mengitari sang Presiden. Selain diketahui oleh kuda yang menampakan di depan muka Presiden itu sendiri.

Sebagai mahkluk yang kemana-mana mengenakan sepatu di keempat kakinya. Kuda menjelma menjadi sosok yang sisik diseluruh tubuhnya. Tak ayal, para pedagang ikan di pasar-pasar kebingungan karena ikan yang mereka jual memiliki bulu-bulu halus, bukannya sisik yang selama ini tidak dikenal oleh mereka.

Namun begitu, para pedagang ikan di pelelangan masih cukup beruntung, sebab, di lautan lepas, para nelayan sesekali memasaknya sebagai lauk untuk menemani nasi hangat yang dibawa dari daratan. Beragam jenis ikan pernah di makannya. Baik yang bersisik, berbulu, maupun ber-ber lainnya.

Pernah suatu ketika, saat melaksanakan Kuliah Kerja Nonton (KKN) di suatu daerah bernama Desa Tamansari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Segerombolan anggota kelompok KKN tersebut menyambangi pesisir laut Jawa. Mereka berencana menghabiskan masa hidup kerang-kerang yang bersembunyi di balik pasir pantai. Atau untuk menyingkap pakaian masing-masing orang yang ada di sepanjang garis pantai pulau Jawa.

Pun begitu dengan Presiden, saat tindak tanduknya mengenai tubuh-tubuh yang setiap hari berpeluh keringat di ketiaknya. Ia tidak saja menalingkan muka. Tapi, ia akan senantiasa menendangnya hingga ia tersungkur sebelum akhirnya para pengawal disekitarnya membenamkannya ke sebuah lubang yang belum dipersiapkan.

Sebagai pendekatan yang mengutamakan perasan perasaan jeruk dan buah-buah lainnya. Pendekatan intuitif sangat membantu para penarik becak yang setiap kamis berdiri di depan Gedung Opera yang setiap hari melakonkan drama-drama yang tidak pernah ditulis dengan benar. Karena skenarionya pun ugal-ugalan, maka jangan heran apabila lakon yang diperankan tidak menarik, bahkan cenderung busuk.

Seperti para tua yang berseragam SMA hanya untuk melakoni adegan jajan di pedagang yang biasa mangkal di sekitar sekolah. Ataupun menjadi petani yang seolah-olah mewakili ciri negara agraris. Yang sawahnya habis. Berganti menjadi hutan beton di pusat-pusat konglomerasi.

Tak dapat dipungkiri bahwa keinginan untuk melepaskan air seni ketika puncak-puncaknya merupakan suatu keharusn. Bukan saja di akhir akan merasakan yang ‘mantap-mantap'. Melepaskan air seni menjadi salah satu medium dalam berkesenian. Karena pada dasarnya setiap mahkluk lahir sebagai seniman. Meskipun, banyak di antara kita luput akan hal tersebut.

Penelitian yang dirilis oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan  (LIP) menyebutkan bahwa kurun waktu 1945 sampai 2045. Suatu negeri akan mengalami seratus tahun kemerdekaannya. Sebuah penelitian yang mencengangkan kala itu. Mengingat, belum ada satu pun pihak yang meneliti hal tersebut dan menemukan suatu prediksi yang amat sangat mendekati realita yang akan terjadi. Sebuah negeri yang akan melewati seratus tahun sejak sebuah teks dibacakan oleh para Bapak-bapak komplek.

Tak perlu khawatir, sebab penelitian tersebut memberikan garansi uang kembali bagi siapapun yang telah mengeluarkan uang demi membeli bahan makanan di pasar yang sudah busuk. Bukan karena pedagang curang, karena bahan tersebut dibiarkan begitu saja tanpa diolah sedemikian rupa setelah dibeli dan dibawa kerumah.

Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang belum muncul di atas. Pendekatan intuitif nampaknya belum cocok. Namun, permasalahan yang sudah dijabarkan sebelumnya, akan lebih mudah apabila diselesaikan dengan cara saksama dan dalam Tempo yang terbit setiap minggu. Sebuah kelompok yang dulu pernah dibredel. Dan kini menjadi tidak dibredel. Sebuah pencapaian yang biasa saja. 

Semoga apa yang Anda baca di dalam tulisan ini tidak bermanfaat bagi kelangsungan hidup Anda sekalian. Sebab, masih banyak hal tidak penting yang musti Anda geluti sampai bosan. Dari pada menggeluti kegiatan untuk memahami Presiden. Sebaiknya dipikirkan ulang, apabila anda tidak mau mengalami remedial terhadap sesuatu hal.

Demikian yang dapat disampaikan. Mohon untuk tidak bertanya-tanya lebih lanjut.

Salam.




1 Juli 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali