Pemburu Gadis

Semuanya berawal pada malam hari. Di saat orang kebanyakan terlelap. Ia sudah siap dengan perburuannya. Berbekal totebag yang didapatnya dari sebuah seminar. Dengan jaket tipis yang tak cukup menahan udara dingin malam. Ia menyusuri jalanan, mengendap-ngendap, seolah ada orang lain yang ikut dalam perburuannya.

Pukul satu dini hari biasanya ia mulai keluar dari kosnya, di utara kota. Dan selesai saat panggilan azan subuh berkumandang.

Karena lokasi ia berburu berada di pusat kota. Dengan ketinggian yang lebih rendah, saat pulang ia akan menumpang angkutan kota yang mulai hilir mudik melayani penumpang. Biasanya, orang-orang yang berkepentingan di pasar mulai memadati angkutan tersebut. 

Di angkot, ia meraba-raba hasil buruannya. Merasakan kenikmatannya. Mengingat kenangan yang dibawanya. Beberapa saat di perjalanan pulang itulah, ia akan membayangkan proses perburuannya dan apa yang akan ia lakukan di kosnya nanti.

Membersihkannya dari noda kotor. Menyelimuti tubuhnya. Menempatkannya di tempat yang pantas bersama buruan lainnya.

Di tempat itu, terpampang hasil buruannya selama berada di kota ini. Kiriman yang tak seberapa dari orang tuanya di kampung, membuat ia harus putar otak dengan berburu. Tidak semuanya ia dapatkan dengan cuma-cuma. Kadang ia pun harus membayar untuk sesuatu yang telah dipakai orang lain.

Untungnya, Gadis yang ia buru kali ini didapatkan secara cuma-cuma. Meskipun ia jarus bersusah payah karena Gadis merupakan barang lama. Ditatanya Gadis di dalam rak. Berjejer dengan rekan-rekannya yang lain. Baik majalah, novel, kumcer, dan buku-buku kuliah lainnya. Dan, ia akan kembali berburu dengan target lainnya di malam-malam selanjutnya.




Gd.8, 14 Juli 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali