Perihal Seseorang yang Terlilit Utang

Apa yang ada di pikiran seseorang yang terlilit utang? Bukan, bukan utang duit. Itu biasa!

Mungkin kah ia menjadi pribadi yang senantiasa memikirkan hal tersebut sepanjang waktu?

Bisa, iya. Bisa, tidak. Tergantung. 

Aku tidak tahu apa sebenarnya tujuan yang akan dicapai? Dan apakah memang setiap orang harus memiliki tujuan? Apabila iya, tujuan itu ditentukan oleh siapa? Apakah orang tersebut memiliki kehendak bebas menentukan tujuannya atau sejak awal sudah di tentukan tujuan masing-masing ada di dunia seperti apa.

Pernah aku mendengar, bahwasanya setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan tujuannya masing-masing. Meskipun selama hidup orang itu sudah banting tulang melakukan kegiatan yang menurutnya menjadi tujuan hidup, tetapi menurut Sang Empunya itu bukan tujuan hidupnya maka ia tidak akan pernah mencapai tujuannya. Sekeras apa pun ia berusaha. Selunak apa pun ia berdoa.

Lantas, bagaimana caranya agar kita mengetahui tujuan hidup dari setiap kita? Apakah itu merupakan sebuah petunjuk umum bagi siapa pun untuk menemukannya. Tak ubahnya manual book yang di dalamnya memiliki langkah-langkah untuk memasang setiap bagian agar sesuai pada tempatnya sehingga bisa menjadi sesuatu yang seperti yang dikehendaki. Baik oleh pabrik maupun si pemilik.

Pun begitu dalam menemukan tujuan hidup setiap kita. Apakah Sang Empunya memaparkan buku petunjuk yang bisa dilakukan oleh setiap kita dalam menemukannya. Atau ia tersembunyi, tidak secara langsung mentampakkannya. Akan tetapi, disajikan melalui beragam tanda, petanda dan penanda yang ada di sekitar kita.

Itu jika memang tujuan hidup seseorang sudah ditentukan sejak awal.

Apabila tidak, bagaimana selanjutnya?

Silakan tanya pada rumput yang bergoyang. Konon kabarnya di rumput itulah pedoman hidup umat manusia terurai untuk kali pertama. Dari rumput yang bergoyang tertiup angin. Tak lupa terinjak-injak saat beragam kaki, beralas maupun tidak, menghunjam tubuhnya yang ringkih. Namun, ia tetap kuat untuk kembali berdiri. Sebab akarnya kuat untuk menopang ringan tubuhnya.

Jika tujuan hidup memang merupakan sesuatu yang bisa diusahakan oleh setiap kita. maka, setiap orang seharusnya bisa bebas untuk melakukan apa yang dikehendakinya. Namun, pada saat itulah muncul batasan. Diundang atau pun tidak. Disadari maupun tidak. Hal yang membatasi kita untuk melakukan usaha-usaha itu akan datang. Entah untuk sekedar menengok, melewati, atau bersemayam di dalam kita.

Jika yang pertama mensyaratkan bahwasanya tujuan hidup seseorang sudah ditentukan sejak awal segalanya. Maka, segala upaya manusia untuk mencapai tujuan hidup yang bukan yang sudah ditentukan akan sia-sia belaka. Untuk yang kedua ini, mungkin rumusannya aku bisa katakan seperti ini: Setiap orang ditakdirkan memiliki tujuan hidup masing-masing. Namun, seperti apa tujuan itu maka ditentukan oleh kehidupan manusia itu sendiri. Dalam hal ini, manusia memiliki keleluasaan untuk mengusahakan apa yang ingin dicapainya. Dan itu bisa jadi merupakan tujuan hidupnya.

Karena tujuan itu merupakan hasil usaha dari manusia itu sendiri. Maka, tidak ada suatu keajegan bahwasanya setiap orang yang sudah ‘berhasil, ‘nyaman’, dengan apa yang diusahakan menjadi luput untuk melakukan usaha-usaha lainnya.

Bukankah kita pernah melihat ada orang yang tiba-tiba saja terpuruk saat menekuni suatu hal. Yang menyebabkan orang itu harus melakukan usaha-usaha lain yang mungkin menjadi tujuan hidup selanjutnya. Kuncinya pada titik ini: teruslah berusaha setiap saat, sebaik mungkin, semaksimal mungkin selama kita masih memperlihatkan tanda-tanda kehidupan di dunia. sebab, kehidupan tidak akan pernah mati. Ia hanya akan berganti tempat. 

Begitu.

Salam.




17 Juli 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali