Sebelum Budek

Jika waktu itu ia tidak menepi untuk memungut dompet di pinggir jalan. Ia tak akan budek seperti sekarang.

Pagi itu, saat di perjalanan pulang setelah shift malam di pabrik. Wanto melihat sebuah dompet tergeletak tak berdaya di pinggir jalan. Masih bagus, hanya sedikit debu yang menempel. Dompet ini pasti jatuh belum lama, pikirnya. 

Jalanan masih sepi, tidak banyak lalu lalang kendaraan. Pejalan kaki pun tidak ada. Di kedua arah, dalam radius kira-kira 100 meter, tak nampak orang berjalan di trotoar yang terbuat dari aspal.

Dilihatnya isi dompet itu. Ada lima lembar uang 100 ribu. Dan beberapa receh, mulai dari 500 hingga 5000 rupiah. Total uang yang ada di dompet sebesar 555.500 rupiah. Lumayan buat jajan, pikirnya, sambil memasukan uang ke saku celananya. Lantas membuang kembali dompetnya. Kini lebih jauh dari tepi jalan. Di semak-semak.

Sebelum tiba di rumahnya. Ia mampir ke warung langganannnya. Pemiliknya adakah kawan karib semada kecil. Biasanya, di akhir pekan, ia akan menghabiskan malam di tempat itu. Bersama minuman maupun obat-obatan. Ya, benar obat-obatan. Semacam depresan. "Kalau punya duit banyak udah beli narko. Ini juga sama aja kalau di minum efeknya. Gini-gini juga masih bisa mikir," katanya.

Ponselnya berbunyi. Itu telepon dari istrinya. Menanyakan keberadaannya setelah hampir jam 9 pagi belum tiba di rumah.

Lantas ia bergegas menarik tuas gas menuju rumahnya. Pikirannya sudah ada di kasur. Ia akan tidur nyenak, senyenak-nyenyaknya. Belum saatnya tiba di rumah. Kepalanya pening. Motor yang ia kendarai tak bisa dikendalikan. Duarr, motor yang ia kendarai menabrak bokong truk yang berhenti di lampu merah.

Setelahnya, ia tak sadar. Kesadarannya kembali pulih saat ia berada di ranjang rumah sakit. Sat istri dan anaknya ia ajak bicara, keduanya begitu sombong karena tidak menanggapinya, pikirnya begitu. Sebelum akhirnya ia tahu bahwa ia di vonis budek.

Tahun-tahun berlalu, istrinya minggat karena ia tak berpenghasilan. Anaknya yang sudah betanjak SD di ajaknya. 

Kini, di sudut jalan samping terminal, Wanto membuka jasa penulisan surat. Beragam jenis suraz bisania tulis dengan begitu indah. Plus jasa kirim ke tujuan. Kemana pun surat itu di tujukan Termasuk suraz seseorang yang seperti baru menginjakkan kaki di kota ini. Surat yang ditujukan kepada Tuhan. Dengan pesan tambahan agar sesegera mungkin dikirim dan dibalas oleh penerima.




21 Juli 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali