Kemana Semua Akan Berlalu?

Kemana semua akan berlalu? Saat semuanya tak bisa mengendalikan sesama. Aku pergi dan berharap tak kembali. Pergi untuk menjemput kepulangan yang telah lama di nanti. Semua hal yang aku tahu sudah tercermin dalam balutan air mata. Kemana lagi aku akan mempertaruhkan semua hal yang sia-sia di matamu?

Hari demi hari aku lalui sendiri. Orang-orang hanya lalu lalang di sekitarku. Tanpa ada yang pernah melihat keberadaanku. Aku pun demikian, mereka semua tidak ubahnya seperti tobot-robot yang di program untuk senantiasa bergerak. Semacam program untuk meningkatkan produktifitas, katanya. Dan hanya aku yang sekiranya tidak produktif dari pada mereka.

Kemana semua akan berlalu? Saat tak ada lagi yang bisa mengharapkan kehadiranmu. Pijar-pijar yang selama ini kau jaga mulai redup satu-satu. Jalan yang ditujukan olehnya mulai memudar. Ditelan kegelapan.

Semua orang sudah terbiasa melakukan ini semua dengan sebaik-baiknya. Tapi, apakah memang demikian? Aku tidak sepenuhnya mengerti apa yang terjadi. Cahaya yang bersemayam di hati kini sirna seiring redupnya pijar-pijar yang aku upayakan. Penuh kegelapan saat semua orang berlomba menghadirkan sesuatu. Bagaimanakah aku bisa melakukan ini semua tanpa melihat seberapa besar angka-angka yang beterbangan.

Kemana semua akan berlalu? Saban hari aku tidak menemukan secercah harapan dari kehidupan. Justru kematian yang membuat semangat kembali bergelora. Aku hidup dalam keadaan mati. Dan aku akan mati dalam keadaan hidup. Kehidupan yang mati. Dan kematian yang hidup.

Terseret ombak sepersekian detik. Bergulung-gulung dalam balutan samudra kehidupan yang tak akan pernah selesai untuk ditulis. Tidak akan pernah cukup lautan untuk menuliskan riwayat kehidupan. Tidak cukup kuat manusia untuk memangul riwayat alam semesta. Kemana semua akan berlalu?

Apa yang aku takutkan mungkin akan segera terjadi. Tidak lama untuk melihatnya. Memerdekakan semuanya, menginderakan segala hal yang tak bisa aku dapatkan secara cumi-cumi. Bertentakel. Dan mengeluarkan cairan hitam. Yang berakhir di penggorengan.

Satu, dua, tiga, dan seterusnya. Sebelas, duabelas, tigabelas, dan seterusnya. Semuanya membentuk deret aritmatika yang tak berkesudahan. Mungkinkah darinya tercipta beragam peluang? Peluang yang bisa dimanfaatkan oleh satu dan yang lainnya.

Kau pulang sebelum pergi
Kau pergi dan tak pernah kembali
Aku kembali menunggu pergi lagi
Aku pergi lagi untuk menyendiri




12 Agustus 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali