Tak Karuan

Aku tak tahu apa yang sedang berkecamuk dalam pikiranku. Semuanya terjadi seolah begitu cepat. Tak memberi jeda kepada otak untuk memverifikasi segala hal. Seperti banjir bandang, datang tiba-tiba merusak yang ada di depannya. Yang kuat bertahan. Yang lemah terbawa arus. Tapi keduanya sama, bobolokot leutak.

Satu-satunya hal yang menentramkan hati dan pikiran adalah saat terlelap di sepertiga malam hingga menjelang siang. Itupun masih harus berkutat dengan teriakan-teriakan yang tidak mengerti nikmatnya tidur. Pada akhirnya, aku harus bangun dalam kesadaran yang belum stabil. Sekedar bangkit dari kasur dan duduk di kursi.

Itu terjadi berulang. Pikiran yang kusut dan tidur sebagai 'obatnya'. Salah satu alternatif mengapa hal itu terjadi, mungkin akibat dari tidak sesuai apa yang ada di pikiran dan realita yang ada. Ketidaksesuaian antara das solen dan das sein. 

Apa yang diinginkan otak, pikiran-pikiran di dalamnya tidak terakomodir di dunia nyata. Baik karena aku sendiri yang menghambatnya. Maupun orang lain yang secara tidak sadar menghambat perwujudan dari pikiran-pikiran tersebut.

Meskipun Orang Tua sudah memberi kehangatan, tapi ia tidak cukup untuk membuat mabuk. Ada Orang Tua lain yang biasanya menjadi agen yang memabukkan. Lebih memabukkan dibandingkan dengan Agama.




7 Agustus 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali