Tentang Pulang yang Hanya Sementara

*Diketik sembari mendengarkan lagu Pulang, dan Sementara – Float.

Bagaimana rasa yang tak mungkin lagi tersimpan di hati? Bagaimanakah membawanya pulang bersamanya? Akankah diriku sedemikian kuat menerima semuanya. Semua ketidakpastian yang menanti di depan.

Kemanakah aku akan kembali pulang? Saat tempat untuk pergi pun aku tidak mengetahuinya di mana. Bagaimana seseorang dapat kembali pulang sementara ia sendiri tidak merasa pergi. Orang-orang melihatnya seperti hal gila yang dilakukan seseorang. Berkelana tanpa merasa dirinya pernah pergi. Raganya pergi. Tapi pikiran dan hatinya tidak. Keduanya tersimpan, atau terkungkung lebih tepatnya, di sebuah ruang gelap yang tidak bisa dibuka oleh dia sendiri. Apalagi oleh orang lain.

Lalu, rasa apa yang tak mungkin lagi bisa menerjemahkan perasaan yang kadung dimiliki? Meskipun seseorang tidak merasa memasukkan perasaan itu ke dalam hatinya. Tapi, ia seperti mahkluk gaib yang bisa dengan sesuka hati bersemayam di hati setiap kita.

Sekitarku tak mungkin lagi merasakan apa yang kini aku rasakan. Mereka tidak sanggup untuk memahami apa yang ada di hati dan pikiranku. Ujung-ujungnya mereka akan memaksakan apa yang mereka pikirkan kepadaku. Bukan berusaha untuk sekedar mendengar apa yang aku rasa.

Apakah aku harus pulang jika keadaannya begitu? Apakah aku harus datang kembali ketika semuanya tidak menerima apa yang sudah menjadi diriku? Lalu, bagaimana semuanya ini akan terjadi?

Sementara itu, hatiku merasa teduh saat semua orang tidak ada di sekelilingku. Atau mereka yang tetap ada di sekitarku tetapi cukup diam dan tidak banyak berbicara. Percayakah kamu apabila aku mengatakan bahwa hati ini sudah memiliki pelabuhan yang akan dituju?

Apakah rindu mesti dilupakan? Apakah rindu muncul saat seseorang dalam kondisi kesadaran penuh? Apakah rindu merupakan suatu khayalan bagi seseorang yang belum pernah merasakan arti memiliki? Pernahkah semua hal tersebut di atas, di alami oleh seseorang yang sepanjang waktu merenungkan kehidupannya? Kehidupan yang membuatnya mati.

Hati yang seperti apa yang bisa meluangkan waktu untuk melangkah? Untuk menikmati lara. Lara sementara yang akan datang dan pergi sesuai perputarannya.





10 Agustus 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali