Apa yang harus saya lakukan ketika menemukan seekor kucing yang terperangkap dalam kubangan kata-kata?

Apa yang harus saya lakukan ketika menemukan seekor kucing yang terperangkap dalam kubangan kata-kata?

Sebuah luasan berisi air bekas hujan, air pembuangan limbah domestik, dan beragam hal lain yang bersumber darinya, termasuk tahi (lalat).

Bisakah seseorang menemukan solusi atas permasalahan yang tidak ada di dunia? Bagaimana solusi tersebut bekerja dalam menyelesaikan masalah yang tidak ada? Apakah akan bekerja maksimal dan hasilnya baik? Atau malah menjadi tidak apa-apa?

Mari kita tengok sejenak guguran daun yang belum menyentuh tanah. Ia masih menempel kepada ranting-ranting yang bergoyang. Kepada rumput yang terbakar api cemburu. Kepada rokok yang hanya perlu ditempelkan di dada agar bisa dihisap dan kita dapat mengembuskan asap ke awan.

Apakah di balik awan terdapat pesawat yang terperangkap badai? Atau bisa jadi terdapat penumpang, bahkan awak kabin, yang sedang mantap-mantap. Seperti yang pernah terlihat di layar ponsel seseorang.

Begitu masifnya penerbangan dari aspal satu ke aspal lainnya. Sampai-sampai kita lupa bahwasanya masih ada bus di daratan dan kapal di lautan yang masih bisa menjadi medium perpindahan, baik orang maupun barang, dari titik ke koma.

Bukankah dari keduanya bisa membentuk simbol baru. Entah itu titik yang bertingkat. Maupun koma dan titik yang bertingkat. Atau kolaborasi dengan bawahan garis yang bisa dirangkai membentuk arti tertentu. Semacam kode-kode yang biasa dipelajari kelompok coconut.

Ah, saya lupa harus bagaimana? Jadi teringat Gus Mus. Aku ini bagaimana atau kamu yang bagaimana? Atau kamu ini bagaimana, atau aku yang harus bagaimana? Ya, jadi bagaimana dong kata-kata Gus Mus itu? Dan aku pun tak tahu. Biar saja rumput bergoyang, yang baru saja tumbuh kembali setelah terbakar api cemburu yang menjawabnya.


8 Oktober 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali