Bagaimana Mengedepankan yang Terbelakang?

Setelah hampir satu bulan tidak ngawur di blog ini, saya memutuskan untuk melepas ikatan yang ada di kaki seekor kucing. Sebelum akhirnya kembali kepada rutinitas yang tidak membosankan: mengirim catatan harian semaunya di blog.

Kegiatan merintis perusahaan bersama seorang kawan cukup menyita waktu dan pikiran. Sebelum akhirnya Ebit G. Ade menyampaikan Berita Kepada Kawan melalui rambatan gelombang sampai terdengar di telinga.

Waktu dan pikiran banyak terbuang. Waktu untuk menunggu datang barang dan pesanan. Pikiran yang menginginkan penjualan kian hari semakin bertambah namun yang terjadi adalah sebaliknya.

Perusahaan ini akan memasuki usia dua bulan. Usia yang sangat muda bagi bayi yang baru brojol dari vagina seorang Ibu. Masih belum bisa melakukan banyak hal. Berbicara belum bisa, berjalan apalagi. Maka, apa yang akan dilakukan bayi dua bulan untuk melakukan gerakan revolusioner. Kalau bawa-bawa Tuhan, ya mungkin bisa-bisa saja, katanya begitu. Tapi, marilah kita lalui tanpa embel-embel ke-Tuhan-an dalam segala hal.

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, bahwasanya ini adalah periode kembalinya catatan harian yang terbit semaunya di blog ini. Bukan kali pertama bagi saya mangkir dari janji yang saya ucapkan sendiri. Beberapa kali saya pernah bolos dalam waktu yang lama untuk tidak mengirim barang satu huruf sebagai catatan harian. Kengawuran demi kengawuran yang biasanya dengan penuh semangat saya bagikan, kini mulai redup ditelan modal. Entah itu modal ekonomi, politik, sosial maupun modal yang biasa orang Sunda lakukan di pagi hari sebelum mencari sesuap gandum.

Boleh di bilang, apa yang saya lakukan adalah salah satu hal yang tidak sia-sia bagi laptop hijau produksi tahun 2012 dari pabrikan asal Tiongkok ini. Dengan keadaan yang memprihatinkan, ia masih sedia untuk menyediakan tubuhnya untuk saya jamah beberapa bagiannya. Tekanan datang silih berganti. Sedikit halus dan kebanyakan kasar. Jika sudah begini, ada kalanya ia akan stress dan memutuskan daya yang dimilikinya. Sampai akhir menutup mata.

Lantas, apa yang akan terjadi kepada seseorang yang berada di belakang barisan? Apakah ia akan merangsek kedepan sesuai urutan. Atau ia akan menyelinap di antara celah orang-orang yang berkerumun untuk mencapai garis depan. Garis yang akan membawa seseorang di sebuah jurang kematian yang senantiasa hadir di dalam kehidupannya. Demikian



2 Oktober 2020

Comments

Popular posts from this blog

Air Susah di 'Tanah Air' Indonesia

Pencemaran Nama Dalam Jaringan

Memulai Kembali